Tuhan, Jangan Jatuhkan Hatiku Di Tempat Yang Salah

*Author’s note: Read this piece in tandem with “The Right Time To Get Married“.

Of all the prayers my dear mother has taught me, the one I remember the most adalah, “Tuhan, jangan jatuhkan hatiku di tempat yang salah”. But only as I grew older, did I begin to understand the delicate matters of the heart, and how it could have fallen in all the wrong places.

Jatuh hati itu bukan persoalan yang sepele. Makanya lagu-lagu chart-toppers di blantika musik itu didominasi lagu cinta (melulu). Kalo yang namanya hati udah menclok pada sesuatu, ato seseorang, orang bisa jadi head over heels, seakan-akan disihir, oleh apapun yang udah mincut hati mereka. Bulan pun, ibarat kalo bisa mereka ambil, akan mereka bungkus dan pitain jadi kado untuk si pemikat itu. Ini sebenernya bisa jadi hal yang baik (syukur), tapi bisa juga jadi buruk (ini yang mesti diwaspadain).

Buruk adalah ketika hati orang itu jatuh di tempat yang salah (tentunya), apalagi sampe jadi gelap mata. Contohnya, suka sama pria yang udah berkeluarga; Sama wanita yang dikaruniai kemolekan fisik yang luar biasa, tapi ternyata ga setia (polyamorous relationship, anyone?), materialistik, ga mengasihi orangtua, dan concern-nya cuma ke hal-hal yang superficial aja; Ato suka sama cowok yang ternyata ringan tangan (alias hobi mukulin cewek/istrinya, ini yang rada keterlaluan); Ato misal sama cewek yang ternyata ngidap daddy issues, ato yang taunya ga punya basic skills untuk ngurus rumah tangga.

Really, it could go wrong in so many ways. Begitu hati jatoh, apalagi sampe berakar dalem, akan sukar (bahkan bisa sakit) untuk “ditarik” balik ke semula. Repot lagi mesti pick up the pieces-nya, saking hati udah kadung deeply invested di tempat-tempat yang salah tadi. Let me let you in on a secret, “love does not hurt, but loving the wrong person does”.

Mungkin doa dahsyat ini paling syahdu dipanjatkan oleh orangtua yang sadar kalo pasangan yang anaknya bawa ke rumah itu bukan pasangan yang terbaik menurut mereka. Haha. Well, it’s true. Orangtua mana yang mau anaknya dipinang pergi oleh orang yang salah? Tapi more importantly, gimana orang tau kalo hati mereka tertambat di tempat yang tepat, or perhaps salah?

Abang saya (yang sekarang, thank God, jadi super bijak) pernah ngemukain pendapatnya, kalo pasangan yang tepat itu adalah bukan mereka yang fisiknya paling atraktif, bukan mereka yang super-pinter dan berpengetahuan, bukan mereka yang dengan warisan segaban-gaban — tapi mereka yang di dalem Tuhan.

It was such a thought-provoking statement at the time, and it took me a while to see what he saw. Mereka yang di dalem Tuhan emang mungkin bukan yang paling atraktif di mata manusia (but most certainly atraktif di matanya Tuhan), mungkin juga ga segitu “intelektual”-nya ato punya warisan yang seabrek-abrek. But God favors these people, and that’s the only thing that matters. Dan ketika Tuhan berkenan dengan seseorang, jaminan his/her immediate circles akan ikut diselamatkan. Diselamatkan dari apa? Worldly cares, dan kesesatan yang lahir dari situ.

Kalo orang berada dalam Tuhan, berarti Tuhan tinggal dalam mereka; mereka udah pada jalur yang tepat. And really, is there anything more magnificent than God’s favor? Pendamping yang di dalem Tuhan itu bagai pilar doa yang nopang kokoh keutuhan keluarga, melalui kasih karunia penyertaan Tuhan. Intinya, kalo satu orang bertobat, seisi rumah dan hingga keturunan-keturunan pun akan diselamatkan. Talk about a “very” long-term investment, eh?

RonDiCianni-NeverAloneNever Alone” by Ron DiCianni 

Penyertaan Tuhan akan berbuah hikmat kebijaksanaan, kasih, sukacita, damai sejahtera, yang sifatnya membangun. In a way, menambatkan hati ke mereka yang udah dalam Tuhan sama aja ngebangun rumah di atas alas batu karang. Bukan alas pasir, yang ketika badai hidup datang, akan ngerobohin rumah tangga yang udah susah payah dibangun di atasnya (padahal kalo beserta Tuhan, kita ga perlu sampe susah payah, karena semua Tuhan mudahkan). Bukankah penyertaan Tuhan itu lebih indah dan berharga dari emas, perak dan permata, karena sifatnya kekal?

Tuhan itu the Almighty; punya kuasa atas segalanya, termasuk buat proteksi hati kita supaya ga jatuh di tempat yang salah. Dan ada aja caranya Tuhan, supaya kita ter-protect dari jatuh hati di tempat yang salah.

Misalnya udah nyebar undangan resepsi nikah, dengan seorang pria mapan berperawakan gagah, tapi tiba-tiba the wedding was called off. Later baru si mempelai cewek sadar, kalo ternyata si pria ini punya pahit hati terhadap orangtuanya, plus fakta mengejutkan kalo ternyata dia petinju kandang. Bisa dibayangin, at the time nikahannya di-cancel, perasaan dan malunya kayak apa. Tapi a year later, Tuhan kirimin dia pemuda yang tampilannya biasa aja, tapi berhati emas, yang akhirnya dengan dialah si cewek berakhir mengikat janji hidup di depan altar.

Jadi emang bener kalo orang bilang jodoh di tangan Tuhan. Pasti masing-masing minimal punya cerita satu kenalan yang udah pacaran lama bertaun-taun, tapi ga “jadi”. Dan kalo orang maksa “jadi” yang bukan jodohnya (bukan dari Tuhan), ya terima konsekuensinya — yang kalo ngikutin skenario di atas, berarti jadi ngarungin bahtera rumah tangga yang kira-kira bisa berbumbu kekerasan, perselisihan, pertentangan, dan hampa akan kasih, sukacita, damai sejahtera. Nobody in their right minds would want that. Ain’t that right, mon ami?

Dan karena jodoh di tangan Tuhan jugalah, suka-sukanya Tuhan juga mau ngirim kapan si jodoh ini. Tuhan punya naskah yang berbeda buat tiap-tiap orang. Ada yang ketemunya cepet, ada yang entaran. Ada yang ditemuin sebelum punya karir, ada yang setelah karir settled. The possibilities are endless, and it’s not our place to even speculate which story that might be ours, karena itu di luar hikmat kita yang terbatas. Remember the thing called humanly limitations?

Dove flyingImage by David McCaine via The Examiner.

All I’m saying is, santai aja soal nikah. One jomblo to another (assuming you’re one as well), jangan kebawa pengaruh oleh standar sosial yang dibikin – lagi-lagi – oleh manusia, yang ga tau apa-apa dan tidak sempurna (ilmu-ilmu yang di-propose oleh fisikawan kenamaan aja terus direvisi, saking itu ga akan pernah mendekati sempurna). Kayaknya Tuhan ga pernah juga ngasi sabda ke kita, “Menikahlah sesuai dengan standar sosial di masing-masing komunitas tempatmu berada”.

Saya jujur ngelus dada setiap denger ada orang rencana nikah (relatif) cepet, apalagi yang ketika ditanya, ngejawab kalo salah satu faktor penentunya adalah: biar pas anaknya udah kuliah, orangtuanya masih kuat kerja (cari uang). At a glance, it looked like a strategic move. But from my perspective, he/she didn’t realize that they their very decisions to finally tie the knot were driven by a “logical” fear. Fear of not being able to provide for his/her family in the future.

Logika kan mengundang kekuatiran dan ketakutan, sedangkan di dalam Tuhan, dengan iman dan kasih itu ga ada yang namanya kuatir ato takut. Jadi jangan biarkan diri kita diperbudak oleh logika kita sendiri, karena hikmat kita (for the umpteenth time) terbatas. It doesn’t have to be that way. Mau supaya tetep mampu cari penghasilan buat keluarga menjelang umur paruh baya? Well, start up your own business then (dengan kasih karunia dan penyertaan Tuhan, tentunya), jangan bergantung sama dipekerjakan oleh orang lain beserta iming-iming pensiunnya — that’s strategic. And wise, to say the least.

Tuhan kan bilang supaya kita jangan takut, sebab rancangan kita yang ada pada Tuhan adalah rancangan keselamatan, dan ini includes departemen romansa kita juga (particularly about the who and when-nya), serta keberlangsungan hidup future family kita tatkala kitanya sendiri udah terlalu peyot dan renta dan mungkin ga kuat untuk kerja-kerja cari duit lagi di perusahaan orang. (I can’t give enough stress on the importance of building our own businesses, instead of being someone else’s worker bee).

God's protectionImage by Pauline Seaport via her blog.

Doa dahsyat yang lagi kita bahas ini juga applies to mereka yang udah nikah. Setidaknya biar hati masing-masingnya “terjaga” — biar ga menclok sembarangan di pinggir jalan dan berujung nge-ruin pernikahan mereka. Jadinya mereka ga gampang goyah dirundung masalah-masalah hidup as a couple, which extends to the family as well. I never believe in polyamory anyway (that’s the lust talking). But what about the case of married people who feel as if they’ve married the wrong person?

Firstly, everything happens for a reason, and secondly, have faith and stick around. Karena Tuhan bisa pake siapa aja, termasuk kita sendiri, untuk nyelametin keluarga kita, ga cuma istrinya aja ato suaminya aja. Caranya dengan kita bercermin, ngebandingin semua yang udah kita perbuat, dijajarin side-by-side sama ajaran dari Tuhan yang terutama: kasih. Mencong-mencong ga bayangannya?

Kalo ternyata masi banyak aspek diri yang mesti diperbaiki, ya do our part dan perbaikilah. Ketika seseorang berubah karena ajaran Tuhan, dia akan jadi berkat buat sekitarnya dan ngerubah orang sekitarnya juga. Inilah lagi keuntungan mereka yang memilih pasangan yang bener-bener di dalem Tuhan. They change people, for the better, for they speak the truth, even though it hurts sometimes. And we all know that “truth” is inspired from God Himself.

Kalo kita hidup jauh dari Tuhan, kita sama aja nyopot proteksi yang akan ngehalau hati kita jatuh di kamar yang salah. Dan inget, yang bisa mincut hati kita bukan cuma orang aja, tapi juga objek dan hal-hal macem percabulan, pengejaran akan harta, ato bahkan temporary escape yang ditawarkan oleh mind-altering substances, contoh: obat-obatan dan alkoholisme.

Amit-amit deh kalo sampe hati orang ga terproteksi dari jatoh ke tempat-tempat kayak gitu. Amit-amit juga kalo ntar pas kita punya anak, hatinya ga terlindung dari kepincut ke tempat-tempat yang salah macem gitu. Inilah kenapa, penting buat kita untuk ngenalin, ngakuin, dan ngesyukurin kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Karena dengan gitu, kita sadar bahwa kita ga bisa apa-apa, ga berdaya, tanpa Tuhan. Makanya, belajar percaya sepenuhnya ke Tuhan termasuk urusan hati juga. Dan berdoa, supaya hati kita dan orang-orang tersayang Tuhan protect, biar ga jatoh di tempat yang salah. Karena…

Hidup ini terlalu berharga untuk disia-siakan bersama dengan orang yang salah.

10 thoughts on “Tuhan, Jangan Jatuhkan Hatiku Di Tempat Yang Salah

  1. Share mantra ini ke pasangan atau partner kalian….
    “God love me more than you love me, and i believe that God love you too, more than i love you. Let’s God work on us.”

    Like

  2. in the right time, with the right person…
    God has a beautiful plan, more than u’ve thoughts!
    Ecclesiastes 3:11
    “He has made everything beautiful in its time”

    the best writing ever, inspiring with positive msg, good job Titok..

    Like

    • [quote] Ecclesiastes 3:11
      “He has made everything beautiful in its time” [/qoute]

      Jadinya kita serahkan aja semua menurut waktunya Tuhan. Karena pasti indah.

      Tengkyu tes. All credits buat Tuhan. I’m glad it resonates with you as well. God bless!

      Like

Leave a comment